Penulis ; Muliaamri |
Orang
dapat memperoleh sahabat dan teman dan bersantai dalam sendirian. Teman-teman
itu adalah buku yang merangsang orang untuk memikirkan hal-hal yang berguna
bagi pertumbuhan dan pembangunan mental. Dengan merenungkan tulisan-tulisan
orang besar yang telah berlalu berabad-abad, kita mengenali pik iran-pikiran
berharga dan kebijaksanaan mereka, dan mengambil manfaat dari pemikiran mereka.
Kemajuan menakjubkan yang dilakukan manusia pada berbagai pengetahuan dan
kesenian bukanlah hasil suatu lompatan mendadak melainkan produk dari
pengalamannya melalui zaman-zaman sejarah yang panjang, karena ilmu pengetahuan
dari generasi-generasi yang menyusul melalui buku dan tulisan. Walaupun
kehidupan masyhur dari para pemikir besar tersembunyi di balik tirai kegelapan
dan ketidakpastian, hakikat dari pikiran dan karya mereka terpelihara dalam
simpanan yang aman berupa buku-buku. Seakan-akan kajian atas karya-karya ini
memungkinkan orang mengadakan perjalanan selama berabad-abad untuk berkenalan
dengan manusia-manusia hebat, yang sekarang telah tiada, dan menemukan
kebenaran-kebenaran besar dengan menyelidiki panorama luas dari karya-karya
mereka.
Salah
satu dari keuntungan membaca adalah bahwa setiap orang, kaya atau miskin, dapat
sama mengambil manfaat dari pertemanan dengan pikiran-pikiran besar dan
melewatkan waktunya dengan para pahlawan besar, dan yang diperlukan untuk
memasuki pertemanan mereka hanyalah kemampuan membaca. Membaca dapat menjadi
sarana yang baik untuk kelegaan dan kesepian, dan membawa kedamaian pikiran.
Amirul
Mukminin Ali ra. berkata, “Orang yang mengambil hiburan dari buku-buku tak akan
pernah kehilangan kedamaian pikiran dan orang yang mengejar pengetahuan dalam
kesendirian tak pernah takut sendirian.”
Raymond
Beach, ilmuwan, mengatakan, “Hutang
kitab kepada buku-buku diungkapkan dangan baik oleh Richard de Bury, Uskup
Durham, penulis Philobiblon, ditulis tahun 1344, diterbitkan di tahun
1473, dan risalah yang paling dini tentang nikmatnya kesusastraan. “Di sana,”
katanya, “Ada para ahli yang mengajarkan kepada kita tanpa kata-kata keras dan
marah, tanpa pakaian dan uang. Apabila Anda mendekati mereka, mereka tidak
tidur; apabila hendak menyelidiki lalu Anda bertanya kepada mereka, mereka
tidak menyembunyikan apa-apa; apabila Anda menyalahpahaminya, mereka tak pernah
menggerutu; apabila Anda tidak tahu, mereka tak dapat menertawakan Anda. Oleh karena itu
perpustakaan kebijaksanaan lebih berharga daripada seluruh kekayaan, dan tak
ada yang dapat diinginkan yang patut dibandingkan dengannya. Oleh karena itu,
maka siapapun mengakui dirinya sendiri sebagai pengikut gairah kebenaran,
kebahagiaan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, atau bahkan keimanan, perlu
membuat dirinya menjadi pencinta buku.”
Perasaan
bahwa buku adalah teman yang sebenarnya ada pada semua orang yang gemar
membaca. “Saya mempunyai sahabat-sahabat,” kata Petrarchus, “yang bergaul
dengannya sangat menyenangkan saya; mereka dari segala zaman dan dari semua
negeri. Mereka telah terkenal, di dalam lemari maupun di lapangan, dan
memperoleh kehormatan besar atas ilmu pengetahuannya. Mudah menjangkau mereka,
karena mereka selalu siap melayani saya, dan saya mengizinkan mereka bersahabat
dengan saya. Mereka tak pernah menyusahkan, mereka segera menjawab setiap pertanyaan
yang saya tanyakan kepada mereka. Sebagian menceritakan kepada saya peristiwa
di abad-abad lalu, yang lainnya
mengungkapkan kepada saya bagaimana harus hidup, dan yang lainnya
tentang bagaimana menghadapi kematian. Sebagian dengan gayanya yang hidup,
mengusir kerisauan dan menggairahkan ruhani saya; sementara yang lainnya
memberikan ketabahan pikiran kepada saya, dan mengajarkan kepada saya pelajaran
penting tentang bagaimana menahan hawa nafsu, dan bergantung sepenuhnya pada
diri sendiri. Mereka membukkaan kepada saya berbagai jalan dari semua kesenian
dan pengetahuan, dan atas informasinya saya dapat mengandalkannya dalam setiap
kondisi darurat.”
“Buku”
kata Jermy Collier, “adalah pembimbing dalam kemudaan dan hiburan dalam usia
lanjut. Mereka mendukung kita dalam kesendirian dan menjaga agar diri kita
tidak menjadi beban bagi kita sendiri. Mereka menolong kita melupakan kekasaran
manusia dan lain-lain, menenangkan kecemasan dan hawa nafsu kita; dan
menidurkan kekecewaan-kekecewaan kita. Bilamana kita bosan dengan yang hidup,
kita kembali kepada yang mati, yang tak punya semangat perseteruan, kesombongan
atau maksud tertentu dalam pembicaraannya.”
Bahkan
kajian tentang biografi tokoh-tokoh terkemuka yang telah menimbulkan
perubahan-perubahan yang bermanfaat di dunia, dan mengubah perjalanan nasib
umat manusia, bukanlah tanpa pengaruh yang membangun pada pikiran dan jiwa
seseorang. Buku dapat mengungkapkann makna kehidupan dan memperkenalkan
kebajikan spiritual yang menonjol. Apabila peristiwa-peristiwa sejarah dan
karakter serta perilaku pribadi-pribadi yang kekal demikian menawan dan memikat
pembaca, adalah itu karena hubungan dan ikatannya yang akrab dengan pikiran dan
perasaan orang-orang besar yang menulisnya. Sebagaimana karakter moral dapat dinilai
melalui karakter para sahabat dan kawannya, demikian pula pilihan dan perhatian
seseorang pada buku menunjukkan kaliber dan karakter akal dan spiritualnya.
Sebagaimana orang harus cermat dalam memilih sahabat untuk menghindarkan dari
bahaya persahabatan ynag tak pantas, kecermatan besar juga harus dilakukan
dalam memilih buku. Karena mengkaji material yang tak pantas bukan saja tak
bermanfaat, bisa saja meracuni gagasan-gagasan kita dan merusak kesucian jiwa
kita.
Ini
terutama berlaku bagi orang muda, yang belum mencapai kematangan dan kestabilan
moral. Pikiran mereka mudah terkesan dan mereka siap menelan isi buku-buku
semacam itu, yang menaklukkan diri mereka kepada bahaya penyimpangan dan
kemerosotan. Sayangnya, di hari-hari ini material terbitan yang gersang dan
menyesatkan, yang pengaruhnya buruk dan merugikan para kaum muda sama sekali
tak tersembunyi, telah mendapatkan uang banyak. Buku-buku ini adalah seperti
para perampok yang tak nampak yang memasuki pikiran pribadi dan jiwa orang, dan
dengan gairah yang menakjubkan menghabiskan fondasi-fondasi keimanan dan
keutamaan manusiawi. Kebanyakan tulisan yang nista dan kasar merupakan bagian
dari sarana dan hiburan orang muda, dan itulah sebabnya maka ada suatu
kecenderungan yang meningkat di kalangan mereka kepada pendekatan fantastis
terhadap kehidupan. Bagi kelompok orang ini, yang menjadi soal bukanlah dampak
pendidikan dari buku, melainkan daya hipnotis yang merangsang, seperti dalam
kasus kebanyakan novel dan buku fiksi. Ini menjadi persyaratan dasar mereka
untuk pemilihan buku. Jelaslah, jika bahan yang dibaca seseorang tidak dipilih
dengan cermat dan berwawasan, dan hiburan dan rangsangan seksual yang merupakan
satu-satunya tujuan membaca, terlepas dari waktu yang sia-sia, itu akan
menghasilkan kemerosotan moral dan kehancuran daya konstruktif orang.
Raymond
Beach berkata, “Masalah membaca harus diberi perhatian yang cermat oleh kaum
muda. Walaupun segala jenis surat kabar dan berbagai mingguan, bulanan, dan
berkala-kala lainnya merupakan sumber bacaan oleh kaum muda masa kini, dapatlah
dikatakan bahwa kita menemukan lebih
sedikit pikiran dan gagsan yang menonjol daripada di masa lalu. Jika
para kaum muda memilih bahan bacaan yang ringan dan kosong, mereka
berangsur-angsur kehilangan pandangan tentang apa yang indah, berharga dan
luhur dalam kehidupan. Buku yang buruk merangsang perasaan marah, berang,
menggoda si pembaca dan membawanya ke tepian kemerosotan moral. Buku-buku ini
melemahkan kemauan, menciptakan kemalasan akal, dan merendahkan kehidupan
spiritual.”
Kajian
tentang buku-buku yang berharga dan bermanfaat, selain memberikan kejelasan
istimewa kepada wawasan, dapat membuka bab baru dalam kehidupan seseorang,
memberikan arahan dan dorongan baru pada energi dan usahanya dan membawa
kepribadian spiritualnya kepada keberhasilan yang pasti. Ada banyak orang yang
telah mencapai kekuatan dan kekuasaan moral dan spiritual mereka dari sumber
yang kaya dan subur ini, dan telah tertarik ke arah keluhuran dan pembinaan
pribadi.